I. PENDAHULUAN
A. Manusia Makhluk
Berfikir
Manusia sebagai
makhluk hidup mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini :
1.
Memiliki
organ tubuh yang kompleks dan khusus, terutama otaknya.
2. Mengadakan
pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
3. Memberikan
tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan luar tubuhnya.
4.
Memiliki
potensi berkembang biak.
5.
Tumbuh
dan bergerak.
6.
Berinteraksi
dengan lingkungannya.
7.
Mati
Manusia
berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai akal budi dan
kemauan yang kuat. Dengan akal budi dan kemauan yang kuat, manusia
dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lainnya. Manusia
mempunyai ciri khas, ia selalu ingin tahu, dan setelah memperoleh
pengetahuan tentang sesuatu , maka segera kepuasannya disusul lagi dengan kecendrungan
untuk lebih ingin tahu lagi.
Sebagai makhluk berfikir, manusia
dibekali hasrat selalu ingin tahu, tentang benda- benda yang ada dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi disekelilingnya, termasuk ingin tahu tentang
dirinya. Adanya dorongan rasa ingin tahun dan usaha untuk
memahami dan memecahkan berbagai masalah
yang dihadapi, akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Keingintahuan yang makin meningkat
menyebabkan pengetahuan dan daya fikirnya juga makin berkembang. Akhinya tidak hanya terbatas pada obyek yang
dapat diamati dengan pancaindera saja, tetapi masalah-masalah lain, misalnya
berhubungan dengan penilaian hal-hal baik dan buruk, indak atau tidak indah.
Bila satu masalah dapat dipecahkan,
timbul masalah lain menunggu pemecahannya.
Manusia bertanya terus setelah tahu ”apa”nya, lalu, “bagaimana”, dan
“mengapa”.
Karena kemampuan manusia makin maju
yang disertai dengan peralatan yang makin memadai, mereka terus mengembangkan
pengetahuannya, tidak sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi juga lebih jauh untuk mengetahui
yang “benar” dan yang “salah”. Mereka
terus berfikir sehingga akhirnya dapat menarik kesimpulan, karena pada
hakekatnya manusia adalah makhluk berfikir, merasa, bersikap dan bertindak. .
B. Proses Berfikir
Proses berfikir adalah suatu
refleksi yang teratur dan hati-hati.
Proses berfikir lahir dari suatu rasa sangsi akan sesuatu, dan keinginan
untuk memperoleh suatu ketentuan, yang kemudian tumbuh menjadi suatu masalah
yang khas. Proses berfikir secara
sistematis dapat melalui beberapa tahapan sebagaimana bagan di bawah ini :
Masalah
---------------------------------------- Pemecahan -------
Penyelidikan
melalui
data
dan metoda
yang
tepat
----------------- Kesimpulan
Tentatif -----------------------------
Penyelidikan yang kritis terus menerus dilakukan
untuk mengadakan evaluasi secara terbuka
Berfikir secara reflektif adalah
proses berfikir yang dilakukan melalui langkah-langkah tertentu. Bila manusia menghadapi persoalan rumit, maka
manusia cendrung mencari pemecahan dengan berbagai cara.
Menurut Dewey (1993) proses berfikir
manusia normal pada dasarnya melalui urutan-urutan sebagai berikut :
- Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, mengenal sifat, atau dalam menerangkan hal-hal yang munul secara tiba-tiba.
- Rasa sulit yang timbul diberi definisi dalam bentuk permasalahan.
- Timbul suatu kemungkinan pemecahan berupa reka-reka, hipotesa, inferensi atau teori.
- Ide-ide pemecahan diuraikan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti.
- Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan atau pecobaan-percobaan.
Berfikir
--------------- daya
imajinatif seseorang dalam merangkaikan rambu-rambu fikirannya ke dalam suatu
pola tertentu yang timbul karena kejeniusan seseorang.
Ciri
pertama dari proses befikir adalah adanya unsur logis di dalamnya ;
-
tiap bentuk berfikir merupakan logikanya
sendiri,
-
berfikir nalar berarti berfiki logis.
Ciri
kedua dari proses befikir adalah adanya unsur analitis di dalamnya ;
-
berfikir logis ------------------ merupakan sifat analitis,
-
berfikir ilmiah----------------- melakukan kegiatan analitis dalam
menggunakan logika secara ilmiah.
Berfikir Ilmiah -------- merupakan gabungan antara penalaran secara
deduktif dan induktif.
Rasio
--------------------- Merupakan
sumber utama dari nalar atau
sumber
dari berfikir (rasionalisme).
Fakta ------------------- Merupakan sumber utama dari kebenaran dalam
berfikir,
yang dapat ditangkap melalui pengalaman manusia (empirisme).
Harus diakui bahwa perbedaan
terbesar yang dimiliki manusia dibanding makhluk hidup lainnya adalah adanya
kemampuan berfikir. Sejarah peradaban
menunjukkan betapa besar sumbangan pemikiran manusia sepanjang masa. Sejak zaman Yunani kuno orang telah
mementingkan kecerdasan otak ini, melalui
perhitungan-perhitungan pemikiran yang logis dan matematis, orang Yunani
memerangi cara berfikir yang bersandar pada keajaiban dan otoritas belaka. Akan tetapi pemikiran ini tidak dengan segera
sampai pada arah yang disepakati, karena selama berbad-abad terjadi persoalan
antara pembuktian melalu berfikir induktif (cara berfikir dalam mengambil suatu
kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan sekumpulan pengetahuan yang besifat
khusus/individual) dengan berfikir deduktif (cara berfikir dalam
mengambil suatu kesimpulan yang bersifat khusus berdasarkan hal-hal yang sudah
dianggap bena/bersifat umum) yang sering disebut Silogisme.
Silogisme
mengajarkan pada kita bagaimana mengatur jalan fikiran sehingga kita
dapat mengetahui berlakunya suatu kesimpulan. Kita mula-mula diajarkan
menempatkan pangkal-pangkal kebenaran umum atau premis-premis dalam susunan
yang teratur, dan dari situ kita kemudian menarik kesimpulan. ( Contoh yang terkenal : Semua manusia harus mati, Si Badu adalah manusia ; kesimpulan : Sebab itu Si Badi
harus mati. Ini merupakan cara berfikir
yang deduktif. Kesimpulan-kesimpulan yang ditarik dari
premis-premis serupa ini akan benar sekiranya premis-premis itu merumuskan
kebenaran.
Tetapi dari
manakah dapat diketahui bahwa semua orang harus mati ? Berapakan banyak orang yang harus mengalami
melihat orang mati untuk dapat merumuskan
: Semua orang harus mati ? )
Baik di dalam sejarah perkembangan
pemikiran manusia yang telah berabad-abad itu, maupun pembicaran sehari-hari
yang terdengar disekitar kita, nampak banyak bukti-bukti yang menunjukkan
kelemahan cara berfikir yang deduktif
ini. Kebenaran-kebenaran premis tidak selalu dapat disandarkan atas
kebenaran. Logika semantik bahasa
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan symbol bahasa yang mengurangi kekuatan
berfikir deduktif. Oleh sebab itulah timbul berbagai reaksi,
terutama dimulai sejak abad ketujuh belas, untuk berpikir kritis secara induktif. Francis
Bacon dan orang-orang yang sefaham dengan dia menentang Aristoteles yang menemukan cara
berfikir deduktif yang telah dipakai selama kira-kira dua ribu
tahun lamanya. Bacon menghendaki agar
kita mencari kebenaran dengan jalan meneliti lebih dulu segala fakta yang
diperoleh dari jenis pengalaman yang langsung.
Dari segala fakta inilah kita baru dapat menarik kesimpulan umum. Dengan demikian dapatlah kita sampai pada
kebenaran.
Dari sejarah hidup Darwin diketahui
bahwa teori evolusinya timbul sesudah ia berhasil memadukan kedua cara berfikir
itu. Jadi ada jugalah bukti disini bahwa
cara-cara berfikir kritik atau berdasarkan pengalaman tidaklah sia-sia. Hasil yang memuaskan sangat tergantung pada
dua hal : kemampuan berfikir dan jenis-jenis pengalaman. Karena manusia
mulai mencari jalan sebaik-baiknya untuk sampai pada tujuan. Namun, berfikir serupa ini belum sama dengan
mengadakan penelitian ilmiah.
C. Pencarian Kebenaran
Perjalanan
manusia menuju kepada pengetahuan yang sempurna dan kebenaran yang tinggi cukup pelik dan berliku-liku. Sejarah peradaban manusia
menunjukkan adanya usaha yang terus menerus dan tidak mengenal lelah. Pendorong yang hebat kearah ini adalah suatu
jenis kodrat manusia yang selalu mencari.
Pendorong ini ialah hasrat ingin tahun dan daya nalar yang dimiliki oleh
setiap orang. Hasrat dan daya inilah
yang menyebabkan orang selalu bertanya-tanya di dalam hati apakah gerangan yang
menyebabkan terjadinya kilat, mengapa terjadi gerhana, mengapa orang bisa
demam, apa yang terdapat di bulan, bagaimana kuman berkembang biak, bagaimana
terjadinya peristiwa belajar, air terjadi dari bahan apa, dan seribu satu macam
pertanyaan lainnya. Hasrat ingin tahu ini kemudian disalurkan
melalui penyelidikan-penyelidikan, dan melalui penyelidikan, maka apa yang
dewasa ini dianggap soal yang biasa atau dianggap sudah semestinya, kemarin
atau beberapa abad yang lalu masih merupakan rahasia yang banyak menimbulkan
spekulasi. Telah sangat banyak rahasia-rahasia
alam yang menakjubkan yang diketahui oleh khasanah ilmu, dan menjadi hal yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Penyelidikan
sebagai cara pemecahan yang dipakai di dalam ilmu pengetahuan, merupakan
penyempunaan cara-cara yang lebih dulu dikenal manusia. Hanyalah dengan mengumpulkan pengetahuan dan
pengalaman selama perjalanan sejarah, manusia akhirnya menemukan jalan yang
lebih banyak memberi kepastian akan kebenaran hasilnya. Dengan perpaduan pemikian dan pengalaman
itu, memungkinkan manusia bergerak lebih jauh, luas dan lebih dalam.
Ternyata
pemahaman manusia terhadap sesuatu selalu berkembang, mulai dari hanya mengetahui (pembenaran sesuatu melalui
pengalaman yang diperoleh melalui pancaindra) kemudian berkembang lagi untuk mengetahui “mengapa “ terjadi
sepert itu, selanjutnya lebih mendalam lagi
“bagaimana” proses terjadinya.
Sejarah mencatat bahwa perjalanan
manusia dalam mencari dan menemukan kebenaran telah melalui tahapan yang panjang,
yang berbeda-beda metoda dan hasilnya dalam tiap kurun waktu sejarah. Beberapa jalan yang ditelah dilalui
dalam menemukan kebenaran antara lain :
1. Melalui cara kebetulan.
Penemuan
kebenaran secara kebetulan tidak lain adalah petunjuk dari Allah, sang maha pencipta
alam semesta. Sebagai contoh adalah penemuan obat penyakit demam malaria yang
secara kebetulan ditemukan oleh seorang pengembara yang sedang terserang demam
yang hebat, dan secara tidak sengaja sampailah ditepi rawa. Penderitaan dan dahaga yang memuncak memaksa dia minum air rawa yang
terasa sepat, pahit dan berwarna lumpur
kemerah-merahan. Ternyata di dalam rawa
ada sebatang pohon yang telah lama tumbang, terendam di dalam rawa dan tampak
mulai jabuk/lapuk. Si pengembara merasa
heran karena demamnya berangsur sembuh, rupanya air rawa yang kotor tersebut
telah menjadi sebab kesembuhannya dari penyakit panas-dingin. Berdasarkan
pengalaman si Pengembara ini orang lalu mengambil kulit pohon tumbang tersebut
sebagai obat penyakit panas dingin ( demam malaria). Dewas ini dunia mengenalnya sebagai
pohon kina, yang digunakan sebagai obat malaria.
Cukup
banyak peristiwa-peristiwa peting yang merupakan penemuan-penemuan yang sangat
berguna bagi kehidupan manusia yang semuanya diketahui secara kebetulan. Sehingga tak dapat dikatakan bahwa “metode
kebetulan” ini tidak bermanfaat. Tetapi
sebagai suatu cara, bukanlan cara yang
terbaik, karena cara ini tidak dipakai dalam cara kerja ilmiah. Peristiwa yang kebetulan adalah sesuatu yang
tidak pasti, dan tidak dapat diperhitungkan secara berencana, lagi pula tidak
selalu yang kebetulan memberi gambaran kebenaran.
2.
Melalui cara coba-coba
Pada cara coba-coba atau
dalam istilah lain sering disebut “trial and error” terdapat sikap untung-untungan, tetapi dila
dibandingkan dengan cara pertama, “trial and error” ada kelebihannya. Dalam hal
ini seseorang cenderung berusaha aktif mencoba dan mencoba lagi, bila
yang pertama gagal mungkin yang berikutnya akan berhasil dengan melakukan
perbaikan-perbaikan dan seterusnya.
Cara pemecahan masalah melalui coba-coba
atau trial and error ini biasanya membutuhkan waktu yang lama, terlalu
meraba-raba, tidak pasti dan tanpa pengertian yang jelas. Lagi pula tidak ada jaminan bahwa usaha yang
dilakukan itu akan membawa pada
penyelesaian yang selayaknya. Oleh karena
itu pencarian kebenaran melalui cara ini dipandang tidak ilmiah.
3.
Melalui otoritas atau
kewibawaan
Kebenaran ada kalanya diterima karena
dipengaruhi oleh kewibawaan seseorang atau suatu institusi. Pendapat yang
dikeluarkan oleh institusi atau orang tertentu yang mempunyai kewibawaan
seringkali menyebabkan orang tidak lagi berusaha menari jalan lain untuk
menguji kebenaran pendapat tersebut.
Di dalam pergaulan hidup sehari-hari
hal-hal seperti ini sering terjadi, misalnya di dalam rapat, seminar, diskusi,
loka karya, pembicaraan ilmiah dan sebagainya.sering-sering diterima tanpa
disadari. Memang sampai pada
batasan-batasan tertentu penegasan pendapat yang berwibawa banyak menunjukkan
kebenaran, malahan justru karena itulah sebagian orang-orang tertentu dipandang
memiliki kewibawaan pada bidang-bidang
tertentu pula. Ada pendapat yang dikeluarkan oleh
orang-orang pandai tanpa didasarkan pada penyelidikan. Tetapi karena ia dianggap ahli, maka
pendapat ini segera tersebar dan tumbuh subur yang akhirnya menjadi pendapat
umum, walaupun kebenarannya belum lagi teruji.
Dalam sejarah perkembangan ilmu-ilmu alam hal ini pernah terjadi,
misalnya pendapat mengenai bentuk bumi, peredaran tata surya dan sebagainya.
Kebenaran kesimpulan suatu
penyelidikan belum tentu dapat belaku sepanjang masa atau lapangan yang lebih
luas, karena banyak faktor atau variabel yang dapat merubah keadaan, yang
kemudian mengurangi atau meniadakan validitas kesimpulan tersebut.
Satu hal yang perlu diingat, siapakah
yang dapat dipandang berwibawa, dan apakah kriteria kewibawaan?
4.
Melalui cara spekulasi
Pencarian
kebenaran dengan cara ini ada persamaannya dengan cara coba-coba atau trial and
error. Mungkin dapat juga dikatakan
bahwa spekulasi adalah metode coba-coba yang lebih teratur dan sistematik,
sehingga derajatnya bisa lebih tinggi dari cara trial and error.
Bila
seseorang menghadapi suatu masalah, mungking sekali ia tidak segara mencoba
mengadakan suatu usaha dengan cara membabi buta. Mungkin sekali ia menetapkan suatu cara pemecahan
saja, yang walaupun tidak diyakini cara itu betul-betul efektif, dilaksanakan
saja dengan harapan mudah-mudahan cara
ini berhasil. Ia berspekulasi atas
suatu kemungkinan yang dipilihnya dari beberapa kemungkinan lain. Pada saat memilih atau menetapkan suatu
jalan, ia hanya dibimbing oleh beberapa pertimbangan yang tidak begitu
masak. Ia hanya mangira-ngira mana gerangan yang sebaik-baiknya, dan dasar
inilah yang merupakan pertimbangannya untuk bertindak.
Seseorang
yang mempunyai pandangan yang “tajam” kadang-kadang dapat juga membuktikan
adanya kebenaran yang dicapai melalui spekulasi. Akan tetapi sebagaimana juga halnya dengan
cara-cara yang terdahulu dibicarakan, spekulasi tidak memberi tata aturan dan
kepastian di dalam cara kerja. Sehingga
cara ini juga tidak dapat dijadikan rujukan untuk memperoleh kebenaran ilmiah.
5. Melalui proses berfikir
kritis dan berdasarkan pengalaman.
Kemampuan
berfikir merupakan karunia yang sangat besar dari Allah bagi ummat manusia,
karena hal inilah yang membedakan kita dengan kelompok makhluk hidup lain
seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Sejarah peradaban manusia telah mencatat betapa besar sumbangan pemikiran
manusia sepanjang masa. Sejak zaman
Yunani kuno orang telah mementingkan kecerdasan otak, bahkan mungkin jauh
sebelumnya sesuai dengan perkembangan kecerdasan manusia.
Melalui
perhitungan-perhitungan pemikiran yang logis dan matematis, orang Yunani
memerangi cara-cara berfikir yang bersandar pada keajaiban dan otoritas
semata-semata. Walaupun cara berfikir
seperti ini tidak serta merta dapat diterima, karena selama berabad-abad
terjadi persoalan antara pembuktian melalui cara berfikir induktif dan
deduktif.
Dalam
catatan sejarah dan dalam pembicaraan sehari-hari, nampak banyak bukti-bukti
yang menunjukkan kelemahan cara berfikir
deduktif ini. Oleh sebab itulah timbul
berbagai reaksi, terutama sejak abad ke
tujuh belas orang mulai berfikir kritis secara induktif. Cara berfikir ini dipelopori oleh Francis Bacon, dan bersama orang-orang
yang sefaham dengannya menentang cara berfikir deduktif yang dipelopori oleh Aristoteles. Cara berfikir induktif mengajarkan bahwa
kebenaran harus dicari dengan jalan meneliti lebih dulu segala fakta yang
diperoleh dari pengalaman langsung.
Kemudian dari fakta inilah kita baru dapat menarik kesimpulan umum,
untuk sampai pada kebenaran.
6.
Malalui akal sehat
Akal
sehat dapat menghasilkan kebenaran dan
dapat pula menyesatkan. Misalnya dimasa
lalu dengan akal sehat orang percaya bahwa hukuman untuk anak didik merupakan
alat utama dalam pendidikan. Kemudian
ternyata bahwa pendapat tersebut tidak benar.
Hasil penelitian dalam bidang psikologi dan pendidikan menunjukkan bahwa
alat yang baik bagi pendidikan bukan hukuman tapi ganjaran.
Kebenaran
yang diperoleh dengan akal sehat sangat dipengaruhi oleh kepentingan yang
meggunakannya. Karena itu kebenaran yang
peroleh sangat mudah berubah sesuai kebutuhan atau kepentingan saat itu.
7. Melalui kebenaran wahyu
Kebenaran yang didasarkan kepada wahyu merupakan kebenaran mutlak, karena
wahyu merupakan kebenaran yang datang dari Allah melalui Rasul dan Nabi. Kebenaran yang diterima dari wahyu bukanlah
merupakan hasil usaha penalaran manusia secara aktif. Wahyu diturunkan dari Allah kepada Rasul dan
Nabi, karena itu wahyu merupakan kebenaran yang asasi.
8. Melalui Intuisi
Kebenaran dapat juga diperoleh mealui intuisi. Kebenaran yang diperoleh secara tiba-tiba
melalui proses luar sadar, tanpa menggunakan proses penalaran dan berfikir
ataupun melalui perenungan. Kebenaran yang
diperoleh melalui intuisi sukar dipercaya, karena kebenaran ini tidak diperoleh
melalui langkah-langkah yang sistematis.
Sehingga tidak jelas asal usulnya, dan setiap orang mungkin akan
berpendapat yang berbeda terhadap hal-hal tertentu.
9. Melalui penyelidikan.
Penyelidikan adalah
penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan. Penyaluran sampai
tahap setinggi ini disertai oleh keyakinan bahwa ada sebab bagi setiap akibat,
dan bahwa setiap gejala yang nampak dapat dicari penjelasannya secara ilmiah. Sebab akibat bukan merupakan sesuatu yang
gaib, bukan suatu permainan kira-kira, bukan pula suatu yang diterima karena
otoritas. Dengan sikap yang berbeda
ini, manusia telah berhasil menerangkan berbagai gejala yang menampak dan
menunjukkan pada kita sebab-musabab yang sebenarnya dari satu atau serentetan
akibat.
Sejalan dengan sikap itu,
maka metode penyelidikan hanya akan menarik dan membenarkan suatu kesimpulan
apabila telah dibarengi dengan bukti-bukti yang meyakinkan, bukti-bukti mana
dikumpulkan melalui prosedur yang sistematik,
jelas dan terkontrol.
Kebenaran yang diperoleh
dengan cara tersebut di atas disebut juga dengan kebenaran ilmu atau kebenaran yang didukung dengan sikap
ilmiah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
ilmu adalah suatu pengetahuan yang
bersifat umum dan sistematik, pengetahuan mana diperoleh melalui tata urutan
tertentu yang tersusun secara sistematis seperti berikut ini ; (1) perumusan
masalah dan tujuannya, (2) perumusan hipotesa, (3) penetapan metoda kerja, (4) pengumpulan
data, (5) pengolahan data dan (6) analisis data serta (7) kesimpulan.
Pada dasarnya ilmu lahir karena manusia dibekali oleh Tuhan suatu sifat
ingin tahu. Sifat keingintahuan seseorang
terhadap masalah disekelilingnya dapat menjurus pada keingintahuan ilmiah.
Ilmu bukan saja merupakan suatu himpunan pengetahuan yang sistematis,
tetapi juga merupakan suatu metodologi.
Ilmu telah memberikan metoda dan sistim, yang mana tanpa ilmu semua itu
akan merupakan suatu kebutuhan saja.
Nilai dari ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan yang dikandungnya
sehingga sipenuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dengan keterampilan,
dalam pandangan maupun tindak-tanduknya, tetapi ilmu juga merupakan materi
alamiah yang memberikan suatu
rasionalisasi sebagai hukum alam/sunnatullah.
Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan ketrampilan observasi,
percobaan (eksperimentasi), klasifikasi, analisa serta membuat generalisasi. Kebenaran Ilmu merupakan buah dari
keingintahuan yang terbentuk melalui proses seperti di bawah ini :
Sifat-sifat
kebenaran ilmu :
a. Koheren : Bersifat
konsisiten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar
b. Koresponden : Suatu
penyataan dianggap benar jika materi pengetahuan yang terkandung dalam
pernyataan tersebut berhubungan atau mempunyai korespondensi dengan objek yang
dituju oleh pernyataan terseut.
c. Pragmatis : Suatu pernyataan dipercaya benar karena pernyataan tersebut
mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis (sehari-hari).
d. Alamiah : Dapat ditangkap pancaindera
Berdasarkan
uraian diatas maka, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan asalnya atau sumbernya
maka kebenaran yang diperoleh manusia dapat bersumber dari :
a.
Pancaindera
b.
Wahyu
c.
Perenungan dan
d.
Penyelidikan atau penelitian
Sehingga
bila dikelompokkan lagi menjadi dua kelompok besar, yaitu yang bersumber dari
Pancaindra, Wahyu dan Perenungan lazim disebut pengetahuan (kebenaran non ilmiah) dan yang bersumber dari
Penyelidikan dan penelitian disebut ilmu
(kebenaran ilmiah).
Sumber: pertanian.untag-smd.ac.id/wp-content/.../Bab_1_Pendahuluan.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar